Liburan lalu sy manfaatkan untuk bawa Fathin mengenal sebuah Dayah yg akan menjadi destinasi pendidikannya jenjang Tsanawiyah, Dayah Insan Qurani (IQ) Aceh Besar. Sy mengenalnya melalui Dinda Faisal Abdullah Cut , katanya alumni di sini banyak yg menjadi Hafidz / Hafidzah. Fathin memang berminat ke arah sana, meski cita2nya menjadi desainer interior atau tata kota, hobinya menggambar selain usilin Aisyah ngikut ayahnya.

Awal sy cerita ke Fathin mengenai IQ, dia tidak kelihatan tertarik. Malah kepengen ke madrasah Tsanawiyah abangnya, Anas. Meski agak lega bagi saya karena Fathin tidak keberatan merantau biarpun agak dekat jika ke MTs Abangnya. Saya pasrah saja, sy tidak mau menekan kesenangan sy ke Fathin, meski setiap saat sy memberi motivasi ke IQ.
Sepulang kunjungan dari IQ, sejujurnya, sy yg agak ciut. Dayahnya tidak sementereng pikiran sy yg memiliki fasilitas semisal AC, ruang tidur yg hanya berdua dan kamar mandi di dalam. Jauh dari ekspektasi sy, meski kamar mandi di dalam. Letaknya di kampung, meski sudah lebih baik dari pemondokan lazimnya pesantren kitab kuning umumnya. Sy tidak mendesak Fathin lagi, malah sempat berpikir mencari alternatif lain. Sy biarkan Fathin memutuskan dan jika pun dia meminta melihat tempat lain, sy sangat bersedia.
Besoknya Fathin membuat keputusan mengejutkan. Dia tertarik melanjutkan pendidikan di IQ. Modalnya bukan cuma yang dia lihat secara fisik, namun juga brosur yang menjelaskan tentang pendidikan dan alumni. Sy gembira dengan keputusan ini, karena Fathin tidak mempermasalahkan fasilitas, dia relatif menilai kualitas.
Hari ini sy daftarkan Fathin secara online. Hari kedua yang ternyata sudah lebih seratusan pendaftar. Sy kembali underestimate ketika melihat link pendaftaran online. Paling cuma link form online yang biasa kami praktikkan, lalu terkirim kartu ujian ke email. Jujur, sampai lima menit lalu sy menganggap kemampuan IT di Dayah relatif lebih rendah ketimbang di sekolah umum. Ternyata kali ini sy benar2 keliru bahkan ingin belajar dari yg punya IT di IQ.
Sistem pendaftaran di IQ bahkan lebih bagus dari Organisasi Profesi yg pernah sy klik klik. Jauh lebih bagus. Sistem database yang akurat pada provinsi, kabupaten, kecamatan hingga desa. Menggunakan pertanyaan yang semua bisa terintegrasi ke EMIS (sistem Kemenag sekayak Dapodik). Lebih keren lagi pada konfirmasi pembayaran, sekayak nge-booking tiket pesawat euy, langsung masuk konfirmasi ke SMS, dan terbaca secara otomatis ke sistem melalui 3 angka terakhir pembayaran. Sehingga kita bisa Login dan melanjutkan isian pendaftaran. Sisfo Orprof masih relatif manual karena menunggu approval admin.
Sistem digital ini sangat algoritmik, harus nuntasin dulu satu per satu menu, baru kemudian bisa tercetak otomatis kartu ujian dan form surat kesehatan yang perlu diverifikasi oleh Dokter. Baik kartu maupun form kesehatan semuanya melalui sistem informasi pada akun personal tanpa harus buka email.
Kini sy yang benar2 sumringah, sementara Fathin mulai ketar-ketir. Hari kedua sudah lebih seratus pendaftar, kudu fokus belajar jika ingin lulus di IQ idaman.