Ketika memaparkan tentang Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila, sy teringat apa yang pernah kami lakukan di Smansa Nurussalam Aceh Timur. Tahun 2019 sy menggagas tidak perlu ada ujian akhir buat siswa kelas XII, kita bikin proyek aja yang bisa menggabungkan beberapa bidang studi, satu proyek untuk bersama. Siswa lulus karena makalah presentasi mereka per kelompok. Gagasan sy itu disambut antusias oleh guru2 kami. Sy bersyukur Kepala Sekolah kami cukup welcome menerima perubahan ke arah kebaikan.

Proyek itu menggabungkan bidang studi, semisal sy, Matematika, gabung dengan Prakarya, Seni Budaya, Ekonomi, Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Proyeknya Matematika berbasis budaya. Misal "Maket Rumoh Aceh", nilai2 Matematika apa yang terkandung dari rumoh Aceh. Ketika anak2 (berkelompok 4 orang) membuat maket, mereka sudah mengerjakan prakarya yang bernilai seni budaya. Mereka juga menganalisa nilai2 ekonomi semisal modal dan keuntungan jika dijual. Mereka menulis laporan dalam Bahasa Indonesia dan memaparkan dalam Bahasa Inggris di hadapan guru. Sy pernah menulis gagasan dan kegiatan ini di Facebook.

Tahun ajaran 2019/2020, meski kami sudah rancang dan atur pembimbing, proyek itu gagal karena siswa lulus begitu saja akibat pandemi. Semangat itu tetap kami jaga, kami kembali pada gagasan tersebut pada kelas XII. Kami bimbing sedari awal. Meski sy pindah ke SMA Lhoksukon tahun 2021, Alhamdulillah, Bu Asnidar Bu As , Bu Hafizha (Bu Pur), Bu Nurul dan teman2 tetap melanjutkan dan berhasil membuat siswa presentasi di tahun lulus 2021. Anak2 bukan hanya pintar berkreasi, mereka juga mempertanggungjawabkan hasil kerja mereka dan mampu mempresentasi meyakinkan kami bahwa mereka anak muda yg kapabel.

Tahun 2022, proyek tersebut justru menjadi bagian utama dari kurikulum merdeka, disebut dengan proyek penguatan profil pelajar Pancasila (P5). Sekolah penggerak atau sekolah yang menerapkan kurikulum, wajib menyiapkan waktu khusus bagi anak2 berkreasi, pada akhir tahun akan ada kemeriahan presentasi atau bahkan dibuat dalam bentuk pameran. Betapa senangnya sy ketika mengetahui, gagasan itu kini menjadi milik nasional yang dimulai dari kelas X bahkan sy yakin dapat dialokasikan dana untuk kegiatan siswa ini. Sy yakin Kemendikbud tidak berdasarkan apa yang kami buat, tapi setidaknya sy dan kemendikbud memiliki gagasan yang sama akibat keresahan standar kelulusan yang ternyata hanya sebatas angka selama ini.

Lebih senangnya lagi, saat mengetahui bahwa siswa yang lulus dari SMA nantinya akan harus menyusun makalah dan memaparkan di hadapan para penguji. Ini benar2 bernilai akademis. Anda tidak perlu jago menjawab soal seluruh bidang studi, cukup punya karya yang mengintegrasikan beberapa bidang studi sebagai bentuk penerapan dalam kehidupan.
 
Calon siswa SMA Negeri 1 Matangkuli yang akan mengikuti pembelajaran dalam kurikulum merdeka akan memperoleh P5 yang mendukung kecakapan beragama Islam seperti kajian tafsir Qur'an, Hadits, da'i dsb. Skill dalam bidang budaya Aceh serta lifeskill untuk bisa berkarya dan menghasilkan finansial termasuk kecakapan digital, coding dan robotik. Semua akan dipamerankan di semester II nanti.
 
Semisal yang sederhana saja, anak2 tidak sekedar tahfidz, kami akan menyediakan tafsir Jalalain atau Ibn Katsir agar anak2 dapat mengkaji apa yg diperoleh dari ayat suci tersebut. Bisa dibagi dua kelompok paling sedikit, kajian sains, kajian sosial. Mereka memaparkan kajiannya dalam bentuk tulisan, web, blog atau ceramah YouTube, TikTok dsb. Guru Agama, Pancasila, IPA, IPS, TIK, Bahasa Indonesia dapat bergabung dalam kegiatan P5 ini.

Betapa rindunya kami akan menyambut siswa baru untuk sekolah bukan hanya belajar, namun juga berkarya.

Matangkuli, 15 Mei 2022

Pak Khai